education of health
World Health
 
1. Pendahuluan

IMA. Merupakan penyebab kematian tersering di AS. Di Indonesia sejak sepuluh tahun terakhir IMA. Lebih sering ditemukan, apalagi dengan adanya fasilitas diagnostik dan unit-unit perawatan penyakit jantung koroner intensif yang semakin tersebar merata. Gambaran distribusi umur, georafi, jenis kelamin dan faktor resiko IMA. Sesuai Angina Pektoris atau Penyakit Jantung Koroner pada umumnya.

2. Pengertian

IMA. Adalah nekrosis miokard akibat aliran darah ke otot jantung terganggu( S. Harun.1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1. Edisi ke3. )

3. Penyebabnya:

a. Coronary Arteri disease.

b. Coronary Arteri Emboli

c. Kongenital.. ( anomali arteria coronary )

d. Imbalans Oksigen suplay dan demand miokard

e. Gangguan Hematologi.

4. Diagnosa IMA. Menurut WHO.( 1997 )

Apabila memenuhi  dua dari tiga kriteria :

1). Adanya riwayat nyeri dada yang khas.yaitu :

    a.Lokasi nyeri dada dibagian dada depan ( bawah sternum ) dengan/tanpa penjalaran , kadang berupa nyeri dagu, leher atau seperti sakit gigi, penderita tidak bisa menunjuk lokasi nyeri dengan satu jari, tetapi ditunjukan dengan telapak tasngan.

    b.Kwalitas nyeri, rasa berat seperti ditekan  atau rasa panas seperti terbakar.

    c.Lama nyeri bisa lebih dari 15 detik sampai 30 menit.

    d.Penjalaran bisa kedagu, leher, lengan kiri, punggung dan epigastrium.

    e. Kadang disertai gejala penyerta berupa keringat dingin, mula, berdebar atau sesak.

    f.Sering didapatkan faktor pencetus berupa aktiovitas fisik, emosi/stress atau dingin.

    g.Nyeri kadang hilang dengan istirahat atau dengan pemberian nitroglyserin sublingual.

2.) Adanya perubahan EKG. Berupa :

    a.Gelombang Q.( significant infark )

    b.Segmen ST ( elevasi )

    c.Gelombang T ( meninggi atau menurun )

       Infark: ST. segmen dan gelombang T dapat kembali normal, perubahan gelombang Q tetap ada ( Q Patologi )

3.) Kenaikan Enzim otot Jantung :

a.       CKMB. Merupakan enzim yang spesifik untuk marker kerusakan otot jantung , enzim ini meningkat 6-10 jam setelah nyeri dada dan kembali normal dalam 48-72 jam.

b.      Walaupun kurang spesifik Aspartate Amino Transferase  ( AST ) dapat membantu bila penderita datang ke rumah sakit sesudah hari ke 3 dari nyeri dada atau laktat dehydrogenase ( LDH ) akan meningkat sesudah hari ke empat dan menjadi normal sesudah hari ke sepuluh,

c.       Hal yang sedang dikembangkan dan dianggap cukup sensitif dan spesifik adalah pemeriksaan Troponin T., yaitu suatu kompleks protein yang terdapat pada filamen tipis otot jantung .Troponin T. akan terdeteksi dalam darah beberapa jam sampai 14 hari setelah nekrosis miokard.

5. PatofisiologiInfark miokardium diawali dengan adanya sumbatan pada arteri koronaria akibat arteriosklerosis, thrombus koroner atau serangan jantung menyebabkan terjadinya iskemia akibat ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen. Iskemia yang lama menyebabkan kematian sel-sel yang motorik miokardium secara mekanik dan elektrik. Hal tersebut menyebabkan miokardium menjadi sensitive terjadilah disritmia, penurunan kontraktilitas dan pengembangan menyebabkan rangsangan ke sistem saraf pusat untuk meningkatkan denyut nadi, afterload meningkat, sehingga kebutuhan oksigen juga meningkat. Selain itu juga terjadi glikolisis anaerob yang menyebabkan asam laktat dan meningkatnya pelepasan enzim CKMB dan ADH, sehingga terjadinya perubahan repolarisasi. Hal tersebut menyebabkan disfungsi ventrikel kiri sehingga jumlah kardiak output menurun dan preload meningkat, iskemia, injuri dan asidosis menyebabkan iritabilitas elektrik. Proses penyembuhan dua sampai tiba bulan sampai timbul jaringan parut 
6. Tujuan Managemen Medis :     a.Membatasi ukuran infark.     b.Menurunkan nyeri dan kecemasan    c.Mencegah aritmia dan komplikasi.

7. Pengobatan :

    a. Membatasi ukuran myokard infark:

            -meningkatkan suplay darah dan oksigen ke myokard.

            -menurunkan Oksigen demand Myokard.

      b. Penanganan nyeri:

            -Morphin Sulfat:

            -Menurunkan aktivitas SSO ( penurunan konsumsi O² miokard )

-          Mendilatasi vena dan kapiler ( penurunan preload,penurunan afterload)

-          Penurunan konsumsi O²myokard.

-Menurunkan Heart Rate penurunan konsumsi O² myokard.

            -Nnitroglyserin ( veno dilatasi perifer dan coroner )

            c. Terapi Oksigen

d. .Pembatasan Aktivitas Fisik.

      e. .Terapi antikoagulan ( Heparin menghentikan dan memperlambat pembentukan thrombus )

  f. .Revaskularisasi ( PTCA. CABG )

  g. .Rehabilitasi Cardiac( untuk mencapai dan mempertahankan kesehatan yang optimum )

8. Asuhan Keperawatan

a.       Pengkajian :

-          Aktivitas( gejala : kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur, pola hidup menetap, jadwal olah raga tak teratur )

-          ( Tanda ; takhikardia, dispnoe pada istirahat/aktivitas )

-          Sirkulasi ( gejala: Infark Myokard sebelumnya, penyakit arteri koroner, PJK. DM.)

-          Tanda : TD. Dapat normal atau naik turun, perubahan postural dicatat, dari tidur sampai duduk/berrdiri. Nadi: dapat normal, inadekuat, penuh, atau lemah, pengisian kapiler lambat / tidak teratur.

-          Bunyi jantung ekstra S3 / S4, mungkin menunjukan gagal jantung / penurunan kontraktilitas .

-          Murmur: menunjukan bila terjadi gagal katup

-          Irama Jantung teratu/tidak teratur.

-          Edema ( distensi venajugular, edema ferifer, edema umum,

-          Warna : pucat atau sianosis/kulit abu-abu, kuku datar, pada membran mukosadan bibir.

-          Integritas Ego ( Gejala :Klien menyangkal, takut mati, perasaan ajal sudah dekat, marah pada penyakit /perawatan yang tak perlu, kuatir tentang keluarga, kerja dan keuangan )

-          Tanda : menolak, menyangjkal, cemas, kurang kontak mata, gelisah, marah, perilaku menyerang, fokus pada diri sendiri)

-          Eliminasi ( normal atau bunyi usus menurun )

-          Makanan/cairan : ( gejala: mual, kehilangan nafsu  makan, bersendawa, nyeri ulu hati/terbakar)

-          Tanda ( Penurunan turgor kulit, kulit kering/berkeringat, muntah, perubahan berat badan )

-          Higiene: kesulitan melakukan tugas perawatan.

-           Neurosensori : ( gejala : pusing, berdenyut selama tidur atau saat bangun, duduk atau istirahat)

-          Tanda: perubahan mental atau kelemahan.

-          Ketidaknyamanan( Gejala : nyeri dada yang timbulnya mendadak, dapat/tidak berhubungan dengan aktivitas  tidak hilang dengan istirahat atau nitroglyserin , lokasi tipikal pada dada anterior, substernal, perikordia, dapat menyebar ke tangan, rahang, atau wajah. Kualitas : berat,menetap, tertekan. )

-          Tanda : wajah meringis, perubahan postur tubuh, menangis, merintih, meregang, menggeliat, menarik diri, kehilangan kontak mata, respon otomatik : perubahan frekuensi/irama jantung TD. Pernafasan, warna kulit, kelembaban, kesadaran.)

-          Pernafasan ( gejala : dispnoe dengan/tanpa aktivitas ,dispnoe nokturnal , batuk dengan/tanpa produksi sputum. Riwayat merokok, penyakit pernafasan kronis )

-          Tanda ( Peningkatan frekuensi pernafasan, nafas sesak, pucat atau sianosis, bunyi nafas bersih/mengi/krekels, sptum bersih, merh muda kental.)

-          .Interaksi sosial ( gejala : stress karena keluarga,pekerjaan ekonomi , kesulitan koping dengan stressor yang ada ,misal;penyakit, perawatan di rumah sakit )

-          Tanda ( kesulitan istirahat dengan tenang, respon terlalu emosi, marah terus menerus, takut, menarik diri dari keluarga)

9. Kemungkinan Diagnose Keperawatan yang muncul :

a.       Nyeri akut berhubungan dengan iskemia jaringan sekunder terhadap sumbatan arteri koroner

b.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbanmgan antara suplai oksigen miokard dengan kebutuhan.

c.       Ansietas berhubungan dengan ancaman atau perubahan kesehatan.

d.      Resiko tinggi menurunnya curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuenasi, irama, konduksilektrikal

e.       Resiko tinggi terhadap kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan ferfusi organ.

10. Rencana Keperawatan


Nyeri akut b/d iskemia jaringan sekunder terhadap sumbatan arteri koroner.
   Tujuan :Nyeri dada hilang/terkontrol
   Kriteria:
         -   Klien menyatakan nyeri dada hilang /berkurang
         -   Mendemonstrasikan tehnik penggunaan relaksasi.
         -   Klien terlihat rileks.Intervensi:
Catat karakteristik nyeri, lokasi, intensitas, lamanya dan penyebaran.
R/ Variasi pemampilan dan perilaku pasien karena nyeri terjadi sebagai temuan pengkajian.
Anjurkan kepada klien untuk melaporkan nyeri dengan segera
R/ Nyeri berat dapat menyebabkan syok.
Berikan lingkungan yang tenang, aktivitas perlahan dan tindakan nyaman, dekati pasien, berikan sentuhan.
R/ Menurunkan rangsang eksternal,
Bantu melakukan tehnik relaksasi.
R/ Membantu dalam penurunan persepsi respon nyeri
Berikan oksigen tambahan dengan kanula nasal atau masker sesuai dengan indikasi
R/ Meningkatkan jumlah oksigen yang ada untuk pemakaian miokard sekaligus mengurangi ketidaknyamanan s/d iskemia.
Kolaborasi :

Berikan obat sesuai dengan indikasi :Antiangina ( nitroglyserin,)
R/ Nitrat berguna untuk kontrol nyeri dengan efek vasodilatasi koroner.
Penyekat 8 ( contoh, atenolol ,Tonormin, pindolol, ( Visken ) propanolol ( inderal )
R/ Agen ke 2 untuk pengontrol nyeri melalui efek hambatan rangsanggsimpatis sehingga menurunkan TD.( sistolik ) Fibrilasi jantung,dan kebutuhan oksigen miokard .
Analgesik, contoh morphin meperidin ( demerol )
R/ Menurunkan nyeri hebat, memberikan sedasi, dan mengurangi kerja miokard.
Penyekat saluran kalsium contoh, verafamil, ( calan )diltiazem ( prokardia )
R/  Efek vasodilatasi dapat meningkatkan aliran darah koroner, sirkulasi kolateral dan menurunkan preload.


   Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbanmgan antara suplai oksigen miokard dan kebutuhan
Tujuan : Meningkatkan toleransi aktiviitas
 Kriteria ;
   -  Frekuensi jantung, irama dan tekanan darah dalam batas normal
   -  Kulit hangat, merah muda dan kering.Intervensi:
Catat frekuensi jantung, irama dan perubahan TD., selama dan sesudah aktivitasR/ Respon pasien terhadap aktivitas dapat mengindikasikan penurunan oksigen miokard.
Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas , dan berikan aktivitas senggang yang tidak berat.
R/ Menurunkan kerja  miokard/konsumsi oksigen 
Anjurkan menghindari peningkatan tekanan abdomen misal, mengejan saat defekasi
R/ Dengan mengejan dapat mengakibatkan bradikardi, menurunkan curah jantung, dan takhicardia serta peningkatan TD
Jelaskan pola peningkatan bertahap dari tingkat aktivitas , contoh bangun dari kursi, bila tak ada nyeri, ambulasi, dan istirahat selama 1 jam setelah makan.
R/ Aktivitas yang maju memberikan kontrol jantung, meningkatkan regangan dan mencegah aktovitas berlebihan.
Rujuk ke program rehabilitasi jantung..


Ansietas b/d ancaman atau perubahan kesehatan.

Tujuan :  Ansietas hilang /berkurang
Kriteria :
   -  Mengenal perasaannya
   -  Dapat mengidentifikasi penyebab atau faktor yang mempengaruhinya.
   -  Menyatakan ansietas berkurang /hilang.
Intervensi:
Bantu klien mengekspresikan perasaan marah, kehilangan dan takut.
R/ Cemas berkelanjutan memberikan dampak serangan jantung selanjutnya.
Kaji tanda verbal dan non verbal kecemasan, dampingi klien dan lakukan tindakan bila menunjukan perilaku merusak.
R/ Reaksi verbal/non verbal dapat menunjukan rasa agitasi, marah dan gelisah.
Hindari konfrantasi R/ Konfrontasi dapat meningkatkan rasa marah, menurunkan kerja sama dan mungkin memperlambat penyembuhan
Orientasikan klien terhadap prosedur rutin dan aktifitas yang diharapkan.
R/ Orientasi dapat menurunkan kecemasan.
Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan ansietasnya.
R/ Dapat menghilangkan ketegangan terhadap kehawatiran yang tidak diekspresikan
Berikan privasi untuk klien dan orang terdekat.
R/ Memberi waktu untuk mengekspresikan perasaan, menghilangkan cemas dan perilaku adaptasi.
Kolaborasi : berikan anti cemas / hipnotik sesuai indikasi contohnya diazepam
R/ Meningkatkan relaksasi dan menurunkan kecemasan


  Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung b/d perubahan frekuensi, irama dan konduksi elektrikel.

Tujuan : Penurunan curah jantung tidak terjadi.
Kriteria :
   -  Stabilitas hemodinamik baik (tekanan darah dbn., curah jantung drn.intake dan output sesuai, tidak menunjukan tanda – tanda disritmia)
Intervensi: Auskultasi TD. Bandingkan kedua lengan, ukur dalam keadaan berbaring, duduk, atau berdiri bila memungkinkan.
R/ Hipotensi dapat terjadi s/d disfungsi ventrikel, hipertensi juga fenomena umum b/d nyeri cemas pengeluaran katekolamin
Evaluasi kualitas dan kesamaan nadi.
R/ Penurunan curah jantung mengakibatkan menurunnya kekuatan nadi.
Catat terjadinya S3/S4.
R/ S3 b/d gjk atau gagal mitral yang disertai infark berat. S4 b/d iskemia, kekakuan ventrikel atau hypertensi pulmonal.
Catat Murmur
R/ Menunjukan gangguan aliran darah dalam jantung,(kelainan katup, kerusakan septum, atau vibrasi otot papilar
Pantau frekuensi jantung dan irama
R/ Perubahan frekuensi dan irama jantung menunjukan komplikasi disritmia.
Berikan makanan kecil / mudah dikunyah, batasi asupan kafein.
R/ Makanan besar dapat meningkatkan kerja miokard. Kafein dapat merangsang langsung ke jantung sehingga meningkatkan frekuensi jantung.
Kolaborasi
Berikan O² tambahan sesuai indikasi
R/ Meningkatkan kebutuhan miokard
Pertahankan cara masuk heparin (IV) sesuai indikasi
R/ Jalur yang paten pentying untuk pemberian obat darurat.
Pantau data laboratorium enzim jantung, GDA. Dan elektrolit.
R/ Enzim memantau perluasan infark, elektrolit berpengaruh terhadap irama jantung.
Berikan obat antidisritmia s/d indikasi.


Resiko tinggi terhadap kelebihan volume cairan b/d penurunan ferfusi organ

Tujuan : Kelebihan volume cairan tidak terjadi
Kriteria :
   -  TD.  Dbn.
   -  Tidak ada edema, tidak ada distensi vena, paru bersih berat badan stabil.
Intervensi:
Auskultasi bunyi nafas ( krekels )
R/ Indikasi edema paru, sekunder akibat dekompensasi jantung.
Kaji adanya edema
R/ Curiga gagal kongestif/kelebihan volume cairan
Ukur intake dan output
R/ Penurunan curah jantung, mengakibatkan gangguan ferfusi ginjal, retensi  natrium/air, sdan penurunan haluaran urine.
Timbang berat
R/ Perubahan tiba-tiba dari berat badan menunjukan gangguan keseimbangan cairan
Pertahankan pemasukan total cairan 2000ml/24 jam dalam toleransi kardiovaskuler.
R/ Memenuhi kebutuhan cairan tubuh orang dewasa, tepai memerlukan pembatasan dengan adanya dekompensasi jantung
    Kolaborasi
Berikan diet natrium rendah
R/ Natrium meningkatkan retensi cairan dan harus dibatasai.
Berikan diuretik, contoh : Lasix atau hidralazin, sprinolakton,hidronolakton
R/ Memperbaiki kelebihan cairan.
Pantau Kalium sesuai dengan indikasi
R/ Hipokalemia dapat membatasi keefektifan terapi.


      Daftar Pustaka 

Doenges M. ( 1999 ).Rencana Asuhan Keperawatan. Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumenatsian Perawatan Pasien. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Lynda Juall Carpenito ( 1999 ). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Diagnosa Keperawatan dan Masalah Kolaboratif Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta

S. Harun ( 1996) Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1, edisi ketiga.Penerbit Balai penerbit FKUI Persatuan Ahli Penyakit Dalam Indonesia

Sylvia A. Price. ( 1995 ).Patofiologi,Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta..
6/1/2011 08:05:19 pm

bgus nich bsa buat nmbah ilmu,,,tp saran saya lebih bagus lagi kalau lengkap dengan pengkajian pasiennya biar yang belum tau buat askep bisa tau...........

Reply



Leave a Reply.

world health